JIKA berkunjung ke pesisir barat Aceh, jangan lewatkan Tapak Tuan, kota yang dikenal dengan julukan “Kota Naga.” Di sinilah sebuah legenda besar tersimpan dalam jejak kaki raksasa yang dipercaya milik seorang pertapa sakti bernama Tuan Tapa.
Kisah bermula dari Tuan Tapa, seorang petapa sakti yang hidup di Gunung Tuan. Ia dikenal dekat dengan Tuhan dan sering bertapa di tempat sunyi. Hingga suatu hari, ketenangannya terusik oleh pertarungan sengit di laut antara sepasang naga dari Tiongkok dengan keluarga Kerajaan Asralanoka.
Pertempuran itu melibatkan seorang putri yang sempat dirawat naga. Melihat pertarungan tak berkesudahan, Tuan Tapa turun tangan. Dengan satu langkah besar, ia meninggalkan jejak kaki raksasa di Gunung Lampu—tapak yang masih bisa disaksikan hingga kini.
Tak hanya jejak kaki, beberapa karang di sekitar Tapak Tuan dipercaya sebagai peninggalan pertempuran:
– Karang berbentuk kopiah dan tongkat, diyakini milik Tuan Tapa.
– Karang berbentuk hati di Desa Batu Itam, dipercaya sebagai tubuh naga.
– Karang berbentuk layar di Pantai Batu Berlayar, diyakini kapal Raja dan Permaisuri yang hancur.
Selain itu, di pusat kota terdapat makam misterius sepanjang 15 meter yang disebut sebagai tempat menghilangnya Tuan Tapa.
Saat ini, tapak kaki raksasa sudah direnovasi agar lebih jelas terlihat. Lokasinya berada di pinggir laut, sehingga pengunjung disarankan berhati-hati saat ombak tinggi. Meski begitu, tempat ini tetap ramai didatangi wisatawan lokal, Nusantara, hingga mancanegara.
Akses jalan yang kini lebih baik membuat Tapak Tuan Tapa semakin mudah dijangkau. Panorama laut biru, karang unik, serta kisah legenda yang melekat menjadikan destinasi ini salah satu ikon wisata unggulan Aceh Selatan.
Jika Anda mencari pengalaman berbeda saat berkunjung ke Aceh, datanglah ke Tapak Tuan. Menyusuri jejak Tuan Tapa bukan hanya wisata sejarah, tapi juga cara menikmati keindahan alam yang berpadu dengan legenda. (ASG)
