SEJUMLAH remaja berpeci terlihat duduk rapi. Pandangannya mengarah ke depan. Ada pria berpakaian putih dan peci hitam di depan mereka. Sementara di belakang pria tadi ada tulisan DQA Fair berwarna merah.
Sosok itu adalah Direktur Dayah Darul Quran Aceh (DQA), Ustaz Hajarul Akbar, MA. Pria inilah yang kini menjadi motor penggerak di dayah tadi.
“Juara bukanlah tujuan dalam mengikuti perlombaan, namun hal tersebut akan menjadi jalan untuk menempuh masa depan yang cemerlang. Sedangkan pengalaman akan mengajarkan kita arti dari kekalahan. Semoga cita-cita tersebut dapat diwujudkan,” ujar Ustaz Hajarul Akbar.
Ia kemudian terdiam. Matanya menyorot seisi ruangan. Ucapan Ustaz Hajarul ternyata cukup mengenal di hati para santri.
Momen tersebut terekam pada kegiatan dengan tema “Peran Alquran dalam Mewujudkan Generasi Kreatif dan Inovatif di Era Kompetitif” itu diikuti oleh ratusan santri dan santriwati Dayah QA dengan memperlombakan 15 cabang dengan mengikuti protokol kesehatan yang ketat.
Untuk para santri terdapat 9 cabang perlombaan, di antaranya seperti debat, kaligrafi, story telling, cerdas cermat, rangking satu, balas pantun, futsal, badminton, dan tenis meja.
Sedangkan perlombaan khusus untuk santriwati adalah memasak, memanah, skiping question, kaligrafi, mufradat dan vocabulary.

Ketua Panitia Pelaksana Ustazah Dewi Lestari, S.Pd, mengatakan kegiatan tersebut bertujuan untuk menampung bakat dan minat para santri diluar kegiatan belajar mengajar.
Selain itu menumbuhkan kreatifitas, inovasi dan daya saing yang tinggi di era kompetitif dan sebagai wadah untuk melihat dan mengetahui segala bakat yang dimiliki para santri.
“Ini merupakan kali pertama Dayah Darul Quran Aceh menggelar penutupan kegiatan belajar mengajar dengan menyelenggarakan festival DQA Fair. Mengingat situasi masih pandemi maka tidak memungkinkan untuk mengundang delegasi dari luar sehingga dikhususkan hanya untuk santri Dayah Darul Quran Aceh saja,” kata Ustazah Dewi Lestari.
Kegiatan tadi bukan satu satunya yang pernah digelar DQA. Beberapa hari sebelumnya, DQA juga menggelar kegiatan workshop penulisan dengan menghadirkan pemateri handal dari Jakarta.
Pemateri tersebut adalah penulis novel Indonesia, Darwis atau lebih dikenal dengan nama pena Tere Liye.
Kegiatan yang berlangsung selama 120 menit itu diikuti oleh lebih dari 450 peserta yang terdiri dari santri dan santriwati Dayah DQA, para dewan guru serta seluruh elemen Dayah DQA dengan mengikuti protokol kesehatan yang ketat.
Dua kegiatan ini menunjukan padatnya aktivitas di dayah yang dikenal dengan sebutan DQA ini.
Dayah Darul Quran Aceh awalnya adalah berasal dari pengembangan Dayah Darul Hijrah. Dayah Darul Hijrah adalah sebuah lembaga pendidikan pesantren yang menerapkan kurikulum terpadu antara kurikulum Pesantren Moderen, Salafi dan kurikulum Dinas Pendidikan Nasional setingkat SMP dan SMA dengan sistem asrama.
Kurikulum ini diterapkan melalui pola pengasuhan dan pembinaan santri selama enam tahun. dengan tujuan untuk mendidik, membina dan mempersiapkan kader umat dengan landasan iman dan beramal ilmiah yang bermanfaat bagi agama, masyarakat dan sekaligus menjadi penggerak pembangunan bangsa.
Dayah Darul Hijrah merupakan cikal bakal lahirnya Dayah Darul Quran Aceh. Dayah ini didirikan oleh Yayasan Haroen Aly pada1 Muharram 1422 H bertepatan 15 Maret 2002.
Jumlah santri di tahun awal berjumlah 33 orang dan pada tahun ketiga tepatnya tahun 2004 mencapai 79 santri. Awalnya, dayah ini berlokasi di Jalan Laksamana Malahayati Kilometer 29, Desa Paya Kameng, Kecamatan Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar.
Dengan lokasi yang dekat dengan tepi laut, Dayah Darul Hijrah tidak luput dari musibah Tsunami 2004 silam yang atas izin Allah SWT. Seluruh santri dan ustaz di dayah saat itu selamat dari bencana.
Pasca-tsunami, dayah ini sempat vakum selama tiga bulan hingga awal 2005. Pihak dayah meminjam salah satu asrama di Dayah Abu Lam U untuk melanjutkan sistem pembelajaran untuk santri Dayah Darul Hijrah selama enam bulan sampai mereka menyelesaikan ujian nasional (UN) yang pertama saat itu.
Kemudian di awal 2006, Darul Hijrah pindah ke Madrasah Tsanawiyah Swasta Ketapang. Di sana sebahagian besar santri menyewa rumah untuk tempat penginapan dan khusus untuk santri putra menggunakan lokal kosong di sekolah tersebut untuk dijadikan asrama.
Kemudian diadakannya perjanjian antara Dayah Darul Hijrah dan Badan Amil Zakat Nasional yang saat itu menampung lebih kurang 260 santri yang berada di rumah-rumah untuk disekolahkan di Dayah Darul Hijrah. Sehingga di akhir 2006, Dayah ini direlokasikan ke lahan yang baru yang bertempat di Jalan Banda Aceh – Medan, Desa Tumbo Baro, Kecamatan Kuta Malaka, Kabupaten Aceh Besar.
Di lokasi baru ini proses belajar mengajar mulai berlangsung sejak tahun pelajaran 2006. Dari tahun 2007 sampai 2017 pembelajaran terus berlangsung dengan sistem terpadu SMP dan SMA. Hingga kemudian Dayah ini menfokuskan ke pelaksanaan program tahfiz.
Kini, Dayah Darul Hijrah telah diganti namanya menjadi Dayah Darul Quran Aceh di bawah Yayasan Badan Wakaf Haroen Aly. Dayah Darul Quran Aceh mulai melaksanakakan aktivitas pada 10 Juli 2017.
Adapun fasilitas DQA yang dimiliki saat ini seperti masjid, ruang belajar, dapur, pustaka, hingga arena olahraga.
Promosi rutin via media online dan sosial media menjadikan DQA kini jadi salah satu dayah favorit di Aceh. Yuk berwisata rohani ke DQA dan merasakan nuansa islami di sana. []
Penulis: atjehwatch.com