Prof Dr C Snouck Hourgronje terkagum melihat sebuah makam peninggalan Kerajaan Samudra Pasai. Pada 23 Januari 1907, Ia pun menceritakan kekaguman dan ketertarikannya tentang makan itu dalam pidato pengukuhan dirinya sebagai guru besar Rijksuniversiteit Lainden.
Ketertarikan Snouck Hourgronje akhirnya dituangkan dalam buku Arabie en Oost-Indie, yang diterbitkan di Leiden pada 1907 silam. Ia mengakui makam Sultanah Nahrasiyah yang terbuat dari pualam itu sebagai makam terindah di Asia Tenggara.
Makam Sultanah Nahrasiyah terletak di Gampong Kuta Krueng, Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara, sekitar 18 km sebelah Timur Kota Lhokseumawe. Makam tersebut berada di kompleks II (Kuta Karang), dan tidak jauh dari makam Sultan Malikussaleh yang terletak di kompleks I makam Raja-Raja Samudera Pasai.
Makam ini memiliki jirat yang tinggi dan bersatu dengan bagian nisan. Keseluruhan makam terbuat dari pualam yang didatangkan dari Gujarat, India. Sementara dinding-dinding makam dipenuhi pahatan kaligrafi.
Ada bagian kaligrafi Arab yang memiliki arti: Inilah kubur yang bercahaya, yang suci, Ratu yang terhormat, almarhumah yang diampunkan dosanya, Nahrasiyah, putrid Sultan Zainal Abidin, putra Sultan Ahmad, putra Sultan Muhammad, putra Sultan Malukussaleh. Kepada mereka itu dicurahkan rahmat dan diampunkan dosanya, meninggal dunia dengan rahmat Allah pada hari Senin 17 Zulhijjah 832.
Pada sisi lain dinding makam juga terukir kaligrafi ayat Al-qur’an surat Yasin, surat Al-Baqarah ayat 285 dan ayat 298, surat Ali-Imran ayat 18 dan ayat 19.
Tentang Sultanah Nahrasiyah juga ditulis dan dikaji oleh JP Moquette dalam buku De Grafsteenen Te Pase En Grissee Verge Liken Met Dergelijke Mo Menten Uit Hindoestan, diterbitkan dalam Tijdschrift Voor Indishe Taal Land-en Volkenkunde, Deel LIV, 1921.
JP Moquette menghitung meninggalnya Sultanah Nahrasiyah dalam tahun masehi. Menurutnya, mendiang Ratu Nahrasiyah meninggal pada 27 September 1428 M. Sultanah Nahrasiyah adalah salah seorang Ratu Pasai keturunan Malik As-Shalih. Dia dikenal sebagai Malikah Muazzamah, yang memiliki arti ratu yang dipertuan agung. Epitaf pada makamnya menyebutkan bahwa Ratu Nahrasiyah bergelar Ra-Baghsa Khadiyu (Penguasa yang Pemurah). Kata dalam gelar tersebut seperti dari bangsa Persia.
Hingga saat ini, makam Sultanah Nahrasiyah masih utuh dan tidak mengalami kerusakan, dan makam tersebut menjadi tempat wisata sejarah dan religi di Aceh.