DI KABUPATEN Aceh Jaya, Aceh, tak hanya keindahan pegunungan yang memukau, tetapi juga pesona luasnya Samudera Hindia. Semua ini dapat dinikmati dengan sempurna dari Puncak Gunung Keutapang, yang terletak di Desa Keutapang, Kecamatan Krueng Sabee, Kabupaten Aceh Jaya.
Di setiap senja, Puncak Gunung Keutapang menjadi magnet bagi para pengunjung, terutama kaum muda dari wilayah Kabupaten Aceh Jaya. Bahkan, tidak jarang pengunjung dari daerah sekitar yang secara kebetulan melintasi kawasan ini juga ikut merasakan pesona tempat ini.
Beberapa waktu lalu, sudutberita.id mengunjungi Puncak Gunung Keutapang, matahari terbenam dengan indahnya di cakrawala Samudera Hindia. Para pengunjung tampak asyik berfoto atau sekadar menikmati panorama yang memukau.
Salah seorang warga setempat, Masyitah, berbagi cerita bahwa Puncak Gunung Keutapang mengalami kerusakan parah akibat tsunami pada tahun 2004. Namun, saat ini, jalan menuju puncak telah dibangun kembali. Meski begitu, puncak ini berada di atas tebing curam.
“Sebelum tsunami, jalan utama menuju Banda Aceh atau Meulaboh melintasi sini,” ujar Masyitah, warga Calang, Kabupaten Aceh Jaya, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, jalan baru menuju puncak Gunung Keutapang telah selesai dibangun pada akhir 2019. Meski begitu, pada awalnya, tempat wisata yang berada sekitar 20 meter di atas permukaan laut ini tidak begitu ramai dikunjungi.
“Popularitas puncak ini mulai meningkat belakangan ini karena ekspos di media sosial. Puncak ini berada pada ketinggian sekitar 20 meter di atas permukaan laut,” ungkap Masyitah.
Akses menuju lokasi Puncak Gunung Keutapang tergolong mudah. Dari jalan nasional Banda Aceh – Meulaboh, destinasi wisata ini terletak di kilometer 151, atau sekitar 3 jam perjalanan dari Kota Banda Aceh.
Dari pusat ibu kota Kabupaten Aceh Jaya, Kota Calang, wisata Puncak Gunung Keutapang hanya berjarak sekitar 10 menit perjalanan. Dari puncak ini, pengunjung bisa menikmati panorama laut yang menakjubkan, juga terlihat beberapa pulau.
“Konon katanya, sebelum tsunami, pulau-pulau yang terlihat dari sini saling terhubung. Setelah tsunami, pulau-pulau itu terpisah,” tambah Masyitah.
Rosima, salah seorang pengunjung lokal, mengungkapkan bahwa setiap hari Puncak Gunung Keutapang selalu ramai dikunjungi, terutama saat akhir pekan, Sabtu dan Minggu.
“Biasanya Sabtu dan Minggu penuh dengan pengunjung. Meskipun ada pengunjung di siang hari, banyak dari mereka singgah sebentar untuk berfoto lalu pergi, mungkin karena terik dan kurangnya tempat berteduh,” ungkap Rosima.
Namun di malam hari, lanjut Rosima, puncak Gunung Keutapang tampak sepi dan gelap. Pasangan yang datang berdua dilarang berada di puncak pada malam hari oleh petugas polisi syariat.
“Tidak ada pedagang pada malam hari, hanya diperbolehkan di pagi hingga sore. Malam hari dilarang. Biasanya menjelang senja, petugas polisi syariat datang dan mengarahkan pengunjung pulang karena sudah maghrib,” ungkapnya.
Rosima berpendapat bahwa Puncak Gunung Keutapang sangat cocok sebagai tempat untuk melepaskan kepenatan dari kesibukan sehari-hari. Terlebih lagi, lokasinya sangat menarik untuk diabadikan dalam foto.
Dia berharap pemerintah Kabupaten Aceh Jaya dapat lebih serius dalam pengembangan dan penataan Puncak Gunung Keutapang. Dengan langkah ini, wisatawan dari luar daerah pun akan semakin tertarik untuk mengunjungi tempat ini.
“Pemerintah perlu memikirkan tempat berteduh dan area ibadah. Saat ini, belum ada tempat duduk permanen atau warung. Meskipun sudah cukup ramai, akan semakin baik jika fasilitasnya lebih lengkap,” harap Rosima. (ASG)