BANDA ACEH – Hutan Kota Tibang atau yang juga dikenal dengan Hutan Kota BNI adalah salah satu destinasi wisata hasil kerja sama antara Pemerintah Kota Banda Aceh dan Bank BNI yang dibangun atas inisiatif Wali Kota Banda Aceh saat itu, Mawardy Nurdin (alm). Hutan ini berlokasi di Jalan Hutan, Tibang, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh.
Tahun 2006, Hutan Kota Tibang hanyalah sebuah lahan kosong dengan tanah yang cukup buruk dan tak memiliki tanaman apapun. Kemudian diubah menjadi sebuah taman yang indah dan dapat dinikmati setiap pengunjung yang datang.
Proses pembangunan hutan ini tidaklah mudah. Dibutuhkan waktu lebih dari dua tahun untuk mengubah lahan kosong tersebut menjadi sebuah taman yang hijau dan asri. Tahap pertama adalah perbaikan kualitas tanah, di mana tanah yang buruk diganti dengan tanah yang lebih subur, setelah itu berbagai bibit tanaman ditanam dengan penuh kehati-hatian.
Pada tahun 2010, Hutan Kota Tibang diresmikan oleh mantan Presiden Indonesia ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono. Taman ini menjadi salah satu taman terluas di Banda Aceh dengan luas sekitar 6-7 Ha. Fasilitas yang disediakan pun sangat beragam, termasuk lapangan basket, taman bermain anak-anak, mushola, toilet, wisata hutan mangrove, dan bahkan terdapat makam bersejarah di dalamnya.
Namun saat pandemi Covid-19 menyerang, banyak tempat wisata termasuk Hutan Kota Tibang harus ditutup untuk sementara waktu demi keselamatan semua orang. Tempat yang biasanya ramai dikunjungi wisatawan sebanyak 200-300 orang per hari ini menjadi sepi, dan keindahan alamnya hanya bisa dinikmati oleh para pekerja dan burung-burung juga binatang kecil yang berkeliaran di dalamnya.
Menurut pengakuan Pengawas hutan, Ridwan, hutan kota ini baru dibuka kembali tiga bulan belakangan. Pengunjungnya biasa dari anak sekolah TK, SD, SMP, SMA maupun keluarga yang datang untuk makan-makan.
Hutan Kota Tibang tetap menjadi tempat yang bersih dengan udara yang sejuk. Pepohonan yang rindang menciptakan suasana yang damai dan menenangkan bagi siapa pun yang mengunjunginya. Kicauan merdu burung-burung di pinggir danau, ditambah riak airnya yang hijau, cocok dijadikan tempat untuk merenung, meresapi keindahan alam, dan meredakan stres sehari-hari.
Memasuki area ini, wisatawan hanya perlu membayar parkir Rp2 ribu, sedangkan untuk masuk ke dalam taman, tidak dipungut biaya apapun, alias gratis. Saat pertama kalinya menginjakkan kaki di taman, pengunjung langsung disambut dengan udara yang segar dan sejuk, membawa perasaan damai seakan-akan telah meninggalkan keramaian kota dan masuk ke dunia yang tenang dengan suasana yang begitu hening dan tenteram.
Untuk kebersihan hutan kota yang disebut-sebut sebagai paru-parunya Banda Aceh ini cukup terjaga. Setiap jarak 50 meter, tersedia tempat sampah agar pengunjung tidak kesulitan untuk membuang sampah. Setiap pagi, pekerja akan menyiram tanaman, sedangkan untuk menyapu biasa dilakukan pada sore hari.
Selain untuk tempat bersantai, sebagian masyarakat Banda Aceh juga berolahraga seperti jogging di seputaran Hutan Kota Tibang. Jadi tak heran jika tempat ini tampak selalu ramai, khususnys sast sore hari.
Penulis : RATUL & POBRI