BANDA ACEH – Tradisi makan sirih atau “menyirih” menjadi simbol tradisional yang mencerminkan warisan budaya Aceh. Salah satu contoh nyata dari keberlanjutan tradisi kuliner dalam bentuk jajanan unik khas Aceh yang masih eksis hingga kini adalah “ranup mameh”, yang dalam bahasa Indonesia berarti sirih manis.
Meskipun bahan dan proses pembuatannya sederhana, ranup mameh telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah Aceh, menawarkan nilai budaya yang melekat dan dapat memikat hati masyarakat lokal serta wisatawan asing yang mencicipinya.
Ranup mameh terbuat dari pinang yang ditumbuk kasar, kemudian dicampur dengan kencur, kacang tanah, dan gula. Meski proses pembuatannya terlihat sederhana, namun ternyata membutuhkan waktu yang tidak sedikit.
Pertama, pinang, kencur, dan kacang ditumbuk kasar secara terpisah. Kemudian, pinang dicuci untuk menghilangkan rasa kelat dan dimasak hingga matang. Setelah itu, semua bahan dicampur dan dimasak lagi untuk memastikan keawetannya.
Dibungkus dalam bentuk kerucut, menjadikan tampilannya terlihat unik dan khas. Dua daun sirih dan manisan pinang dipadukan dengan elegan, menciptakan tradisi yang memikat dalam sentuhan yang tampak begitu sederhana, namun tak bisa diabaikan. Manisan pinang ini bisa bertahan selama 2-4 minggu, sedangkan daunnya dapat bertahan selama 3-7 hari jika disimpan dengan baik.
Perpaduan antara rasa segar, tajam dan agak pahit dari daun sirih dengan pinang yang manis, dan gurih menciptakan kombinasi rasa yang menggugah selera, mempertemukan kontras yang menarik dalam setiap gigitannya, sehingga mengundang penasaran setiap orang untuk mencobanya. Ini bukan hanya makanan biasa, namun bagian dari tradisi dan identitas Tanah Rencong.
Cita rasanya yang manis membedakan sirih Aceh dengan daerah lainnya. Jajanan tradisional ini digandrungi semua kalangan usia, dari anak muda hingga orang tua, bahkan turis asing pun tertarik untuk mencicipi rasanya yang unik. Hal ini tentunya dapat meningkatkan daya tarik ranup mameh di tingkat internasional.
Namun seiring berjalannya waktu, peminat ranup mameh mulai berkurang. Di Banda Aceh, untuk menimati ranup mameh cukup merogoh kocek Rp2 ribu saja, sudah dapat tiga bungkus.
Di sisi lain, selain dikenal dengan rasanya yang enak dan manis, mengonsumsi ranup mameh juga memiliki manfaat bagi kesehatan, seperti menjaga kekuatan gigi, membantu risiko nyeri lambung dan gejala gerd, bahkan mengurangi masalah bau mulut.
Dalam budaya Aceh, sirih merupakan lambang kehormatan yang sering digunakan dalam penyambutan tamu untuk menunjukkan keramahan dan rasa terima kasih. Namun, sirih tidak hanya diberikan kepada tamu, tetapi juga digunakan dalam upacara pernikahan, pertemuan adat, dan acara penting lainnya.
Penulis : Pobri