KUE bada reteuek, sebuah warisan kuliner yang kian terlupakan di Aceh, dulunya merupakan primadona di Kabupaten Bireuen. Ketika Lebaran tiba, hampir setiap rumah di daerah ini menyajikan kue manis dan gurih ini sebagai hidangan istimewa.
Kue bada reteuek adalah salah satu kue tradisional yang dibuat dari campuran kacang hijau, tepung beras, dan telur ayam. Rasa manis dan gurihnya menjadikan kue ini favorit di kalangan warga Kota Juang.
Proses pembuatan kue bada reteuek cukup sederhana. Pertama, kacang hijau digongseng hingga matang, kemudian ditumbuk hingga halus. Setelah itu, tepung beras dan telur ayam dicampurkan ke dalam adonan kacang hijau dan diaduk hingga rata.
Manisan tebu kemudian direbus beberapa menit sebelum dicampurkan ke dalam adonan, yang selanjutnya diaduk kembali hingga rata. Adonan yang sudah jadi dipotong sesuai selera dan digoreng hingga matang. Kue bada reteuek pun siap untuk disajikan.
Menurut Nuraini Ibrahim, seorang penjaga Anjungan Bireuen di Taman Sulthanah Safiatuddin Banda Aceh, kue bada reteuek dulunya selalu dibuat nenek moyang mereka untuk perayaan Lebaran. Namun, kini kue ini sudah jarang ditemui, bahkan di hari biasa hanya tersedia di Dekranasda atau toko penjualan kue tradisional.
Nuraini menambahkan bahwa kue bada reteuek kini termasuk dalam daftar kue khas Bireuen yang mulai langka. Kurangnya produsen dan berkurangnya peminat, terutama di kalangan generasi muda Aceh, menjadi alasan utama mengapa kue ini mulai terlupakan.
Meskipun begitu, ia berharap bahwa kue bada reteuek tetap dilestarikan dan dapat dinikmati oleh generasi mendatang sebagai salah satu kekayaan kuliner Aceh.
Dengan harapan untuk melestarikan warisan kuliner ini, Nuraini dan masyarakat Bireuen terus berusaha mempromosikan kue bada reteuek agar tetap dikenal dan dicintai, bukan hanya oleh warga Aceh, tetapi juga oleh para wisatawan yang berkunjung.
Mengunjungi Aceh dan mencicipi kue bada reteuek tentu akan menjadi pengalaman wisata kuliner yang tak terlupakan. (ASG)