BANDA ACEH – Boh Janeng, begitulah masyarakat Aceh menyebut nama buah yang satu ini. Janeng masuk dalam kategori umbi-umbian, memiliki nama latin Dioscorea Hispida Dennst.
Dalam bahasa Indonesia, janeng disebut Ubi Iwi atau Ubi Racun. Bentuknya tak jauh berbeda dari ubi jalar, berkulit kream kecoklatan, dagingnya juga padat berwarna putih bersih.
Boh janeng atau buah janeng memiliki ukuran lebih besar dan bertekstur kasar, serta memiliki akar-akar kecil di setiap pori-porinya. Tumbuhan ini lazimnya dapat ditemui di tempat yang lembab, seperti di hutan daerah Tangse, Kabupaten Pidie.
Bentuk tumbuhan umbi jenis ini berduri, merambat dan panjangnya mencapai 5–20 meter. Arah rambatannya selalu berputar ke kiri atau melawan arah jarum jam, jika dilihat dari atas.
Walaupun sebagian masyarakat mengatakan ini umbi beracun, namun di Kabupaten Pidie boh janeng disulap menjadi salah satu makanan yang yang nikmat untuk disantap. Masyarakat di sana biasa menyebutnya krabe janeng.
Bahkan, zaman dahulu, olahan sederhana ini bisa dijadikan pengganti nasi untuk mengganjal perut kosong saat berperang melawan musuh di dalam hutan.
Dalam proses pengolahannya, apabilan ada kesalahan maka akan menjadi racun yang dapat menimbulkan, mual hingga muntah, bahkan bisa membahayakan siapa saja yang menyantapnya.
Membuat krabe janeng terbilang mudah, karena hanya menggunakan empat bahan seperti uah janeng, kelapa, garam, dan gula.
Cara mengolahnya, pertama janeng dikupas dan dibersihkan. Setelah itu direndam hingga 30 menit. Perlu diperhatikan, saat mencuci buah ini dengan air mengalir agar racun-racunnya tak mengendap.
Usai proses perendaman, iris atau parut kasar buah janeng. Lalu dimasukkan ke dalam goni atau wadah tertutup lainnya yang mampu menyerap dan mengeluarkan air.
Setelah proses perendaman selesai, barulah janeng itu dikeringkan. Proses pengeringannya harus dilakukan di bawah sinar matahari sampai warnanya sedikit berubah. Pengeringan janeng biasanya dilakukan minimal dua hari.
Setelah kering baru bisa diolah jadi krabe janeng atau dicampur ketan. Janeng kering direbus lagi hingga benar-benar matang, seperti ubi rebus.
Setelah matang, janeng ditiriskan ke dalam wadah. Baru setelah itu dicampur dengan kelapa yang sudah diparut. Untuk menghasilkan janeng yang lezat, kelapa campurannya jangan terlalu tua atau muda.
Agar krabe bisa bertahan lama, baiknya terlebih dahulu dikukus sejenak lalu berikan sedikit sentuhan garam dan gula agar lebih manis dan gurih. Rasa asli janeng hambar.
Selain diolah menjadi Krabe, janeng juga bisa menjadi diolah lainnya seperti bubur yang dicampur dengan beras ketan dan keripik.
Bagi masyarakat Pidie, janeng diyakini memiliki kandungan serat dan kalsium tinggi dibandingkan beras.[]
Penulis : Wahyu Majiah