Melihat Benda Tempo Dulu yang Dipakai Sehari-hari

Cerepa Bakong. | Foto : Zuhri Noviandi
Cerepa Bakong. | Foto : Zuhri Noviandi

Bagikan

Melihat Benda Tempo Dulu yang Dipakai Sehari-hari

Bagikan

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

BANDA ACEH – Aceh adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki kisah dan sejarah. Masing-masing daerah memiliki cerita tentang bagaimana kehidupan warganya mulai dari adat istiadat, kebudayaan, hingga benda yang kerap digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Seperti barang-barang peninggalan sejarah masa kerajaan Peureulak, Jepang hingga masa penjajahan Belanda, mulai dari parang (golong) orang Aceh, Bedil VOC (senapan, pistol), keris peninggalan kerajaan, hingga pedang samurai Jepang.

Berikut beberapa benda-benda peninggalan sejarah yang kerap digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Kande Tujoh Mata

Kande Tujoh Mata. | Foto : Zuhri Noviandi

 

Kande Tujoh Mata merupakan sebuah lampu gantung berantai dengan motif pucok reubong dengan tujuh sumbu lampu ganjil. Lampu Tujoh Mata ini biasa digunakan sebagai penerang dalam rumah yang digantung di atas atap. Benda ini sudah ada sejak abad ke-16 masehi.

Kom Emas

Kom Emas. | Foto : Zuhri Noviandi

Kom Emas merupakan sebuah wadah yang digunakan untuk menyimpan perhiasan. Benda ini dibuat dari bahan kuningan dengan motif ukiran Canek On Kaye dan Putik Delima di tangkai paling ujung pada bagian tutup, dan benda ini sudah ada sejak abad ke-19 masehi.

Cirik Meutangke

Cirik Meutangke. | Foto : Zuhri Noviandi

Cirik Meutangke adalah wadah yang digunakan untuk mengisi air minum seperti air putih, kopi, dan teh. Benda ini terbuat dari kuningan dengan motif seperti burung angsa. Pada abad ke-18 masehi, Ciri Meutangke kerap digunakan oleh kaum bangsawan dan Uleebalang.

Mundam

Mundam. | Foto : Zuhri Noviandi

Mundam merupakan sebuah wadah yang digunakan untuk mengisi air cuci kaki pengantin pada acara adat perkawinan ketika menginjak kain tutu di depan pelaminan. Mundam terbuat dari kuningan dengan bentuk bulat seperti buah labu, benda ini sudah ada sejak ke-17 masehi.

Plok Peng Logam

Plok Peng Logam. | Foto : Zuhri Noviandi

Plok Peng Logam digunakan oleh masyarakat Aceh Timur pada abad ke-19 masehi untuk menyimpan uang logam dalam pecahan Dirham, Keuh, Kupang, Ringgit dan lainnya. Plok Peng Logam ini terbuat dari kuningan dengan motif ornamen putik bungong jeumpa. Benda tersebut biasanya digunakan oleh kaum perempuan untuk menabung uang.

Lusong Kuningan

Lusong Kuningan. | Foto : Zuhri Noviandi

Lusong Kuningan merupakan benda yang digunakan untuk menumbuk rempah-rempah ramuan obat-obatan seperti lada, cengkeh, kunyit, kayu gaharu, dan lainnya. Benda ini sudah ada sejak abad ke-16 masehi.

Puan Ranub

Puan Ranub. | Foto : Zuhri Noviandi

Puan Ranub adalah benda yang digunakan masyarakat Aceh Timur pada abad ke-18 masehi untuk menaruh sirih dan perlengkapannya seperti kapur, pinang, dan cengkeh. Puan Ranup ini biasa juga digunakan untuk memuliakan undangan dan pada hari Raya Islam.

Kom Kue Meuseukat

Kom Kue Meuseukat. | Foto : Zuhri Noviandi

Sebuah wadah digunakan untuk meletakkan Kue Meuseukat, yang dibawa pada acara adat tertentu dan hari-hari besar Islam. Benda ini terbuat dari kuningan dengan bentuk bulat berornamen ukiran daun kayu. Benda ini sudah ada sejak abad ke-19 masehi, dibawa oleh pedagang-pedagang dari India yang mengincar rempah-rempah Aceh sekaligus berdagang.

Cirik Panyang

Cirik Panyang. | Foto : Zuhri Noviandi

Cirik Panyang adalah wadah yang digunakan untuk mengisi air minum. Benda ini terbuat dari kuningan dengan bentuk seperti leher unta dan sudah ada sejak abad ke-19 masehi. Pada masa itu, Cirik Panyang dibawa oleh pedagang-pedagang Arab ke Sumatera, untuk berdagang dan mencari rempah-rempah.

Kala itu, banyak rakyat Aceh yang menukarkan rempah dengan barang-barang dagangan orang-orang Arab dan India.

Cerepa Bakong

Cerepa Bakong. | Foto : Zuhri Noviandi

Cerepa Bakong adalah benda yang digunakan oleh kaum laki-laki untuk meletakkan bakung rokok dan daunnya. Benda ini terbuat dari bahan kuningan dengan ukiran indah dan halus bermotif Canek On KayeCerepa Bakong ini sudah ada sejak abad ke-18 masehi.

Penulis : Zuhri Noviandi

Bagikan

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

Bagikan