RI-001, Pesawat Perintis Kemerdekaan Indonesia dari Aceh

Bagikan

RI-001, Pesawat Perintis Kemerdekaan Indonesia dari Aceh

Bagikan

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

Monumen RI-001 Seulawah adalah monumen pesawat Republik Indonesia (RI) pertama yang disumbangkan masyarakat Aceh untuk digunakan Presiden Soekarno pasca awal kemerdekaan. Kini monumen itu menjulang tinggi di Lapangan Blangpadang, Kota Banda Aceh, dan menjadi tempat wisata sejarah.

Masa itu, tahun 1948 silam, Presiden Soekarno meminta Gubernur Militer Aceh, Teungku Daud Beureuh untuk mengajak rakyat Aceh menyumbangkan dana membeli pesawat terbang. Masyarakat Aceh pun menyanggupi permintaan Presiden Soekarno dengan mengumpulkan emas  seberat 20 kilogram.

Setelah terkumpul sumbangan rakyat Aceh berupa emas, Wiweko Soepono, seorang perwira penerbangan pertama di Indonesia memboyong satu unit pesawat Dakota DC-3 dari Singapura.

Tiba di Indonesia, pesawat Dakota DC-3 diberi nama RI-001 Seulawah. Kata Seulawah berarti Gunung Emas, dan salah satu gunung berapi aktif di Aceh. Pesawat ini ditenagai dua jenis mesin yaitu Pratt dan Whitney, memiliki berat 8.030 kilogram, memiliki panjang 19,66 meter, dan rentang sayap 28,96 meter.

Presiden Soekarno menggunakan pesawat tersebut untuk melakukan misi diplomatik ke dunia internasional, dan mengunjungi wilayah-wilayah di nusantara.

Awal  bulan Desember 1948, beberapa hari sebelum agresi militer Belanda kedua dan telah berhasil merebut lapangan udara Magowo di Yogyakarta, pesawat RI-001 Seulawah diterbangkan ke Aceh. Ketika itu, Aceh satu-satunya wilayah Indonesia yang belum bisa ditaklukan Belanda, dan Aceh memiliki dua bandara yaitu lapangan terbang Lhoknga dan Blang Bintang.

Belanda terus-terusan melakukan provokasi di laut dan udara Aceh, akhirnya pesawat RI-001 Seulawah diterbangkan ke Kalkuta, India untuk perawatan mesin atau overhaul, dan mengubah beberapa bagian tertentu.

Sebelumnya Indonesia telah meminta izin operasi RI-001 Seulawah sebagai maskapai penerbangan sipil di India, tapi ditolak. Ketika izin operasional tidak diperoleh di India, Marjunani, Kepala Perwakilan Republik Indonesia di Burma, Myanmar meminta persetujuan pemerintah Myanmar membuka charter service di sana.

Pesawat RI-001 Seulawah juga pernah disewakan kepada pemerintah Myanmar dan dipakai untuk kebutuhan operasi militer, serta transportasi udara para pejabat Myanmar. Di Myanmar, pesawat RI-001 Seulawah mendapat izin operasional sebagai maskapai penerbangan sipil, dan Indonesia Airways pun dibentuk.

Tiga bulan dioperasikan di Myanmar, penghasilan dari pesawat RI-001 Seulawah digunakan membeli satu lagi pesawat dengan nomor registrasi RI-007 , dan menyewa satu pesawat lagi diberi nomor registrasi RI-009. Selain itu, penghasilan dari  maskapai Indonesia Airways digunakan untuk biaya pendidikan calon-calon penerbang yang mengikuti pendidikan di luar negeri.

Pada 2 Agustus 1950, pesawat RI-001 Seulawah meninggalkan Myanmar dan kembali ke Indonesia. Pesawat tersebut dioperasikan oleh Kesatuan Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI).

Kini cerita pesawat RI-001 Seulawah dan jasa masyarakat Aceh mewujudkan lahirnya maskapai penerbangan Garuda Indonesia, telah berbentuk monumen sejarah di lapangan Blang Padang. Monumen ini juga berdekatan dengan Museum Tsunami, Kuburan kerkhof Peutjoet, dan Mesjid Raya Baiturrahman.

 

Foto: Humas Pemko Banda Aceh 

Bagikan

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

Bagikan