Tak hanya pantai dan sungai yang dimiliki kota Langsa, bangunan sejarah juga banyak terdapat di Kabupaten Kota yang menjadi pembatas antara Propinsi Aceh dan Sumatera Utara atau Medan ini. Salah satunya adalah Bangunan Balee Juang (Balai Juang) bercat putih peninggalan kolonialisme Belanda.
Bangunan tua bersejarah itu berada tepat di tengah pusat kota Langsa, Provinsi Aceh. Arsitekturnya bergaya Eropa. Di kanan gedung berdiri tegap tiang yang mengikatkan bendera merah putih. Suara kendaraan terdengar riuh berlalu-lalang di sekeliling luar gedung.
Menginjakkan kaki ke dalam gedung, susana langsung berubah. Hening. Suara kendaraan nyaris tak terdengar. Dinding-dinding penuh dengan koleksi benda bersejarah. Banyak naskah-naskah kuno yang dipajang di Gedung ini. Jangan takut tidak paham jika berkunjung ke objek wisata Gedung juang ini, karena aka nada yang memandu perjalanan anda saat berada di Gedung peninggalan colonial belanda ini. Balee Juang itu kini di manfaatkan Pemerintah kota Langsa sebagai Museum Kota Langsa.
Dan museum itu sangat tepat menjadi destinasi wisata sejarah dan pusat kajian sejarah. Koleksi benda bersejarah yang dipamerkan di sini memiliki nilai, referensi yang kuat, dan dokumen yang dapat dipertanggungjawabkan.
Kehadiran museum itu tampaknya diharapkan bisa membuat masyarakat menambah pengetahuan terkait sejarah kota Langsa maupun provinsi Aceh serta tidak melupakan peradaban Islam di provinsi berjuluk bumi serambi mekkah tersebut.
Gedung Juang ini sebelumnya tidak di buka untuk umum, hanya kalangan-kalanfan tertentu saja yang bisa akses ke tempat tersebut. Baru pada 22 Januari 2019 museum itu baru diresmikan dan terbuka untuk umum.
Meski baru dibuka, museum diharapkan menjadi tujuan masyarakat Kota Langsa dan Aceh secara umum, untuk menjadikannya sebagai pusat kajian sejarah.
Selain menjadi museum Gedung tersebut juga dikembangkan menjadi destinasi wisata sejarah baru di Aceh yang dapat dikunjungi wisatawan nasional maupun mancanegara.
Bale Juang ini dulunya pada masa Kolonial Belanda merupakan Gedung Dagang. Bangunan yang didirikan pada 1920 dan beralamat di jalan A Yani pusat kota Langsa tersebut menjadi kantor perdagangan Hindia-Belanda. Kemudian pascakemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), gedung itu juga pernah digunakan sebagai kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Aceh Timur, sebelum daerah itu mekar dari Aceh Timur menjadi kota Langsa pada 2001.
Sejalan dengan pergerakan kemerdekaan Indonesia gedung ini direbut oleh pejuang-pejuang kemerdekaan untuk dijadikan sebagai tempat perkumpulan para pejuang kemerdekaan pada masa itu, di gedung itu terjadi peristiwa bersejarah untuk kota Langsa ketika Bung Karno memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.
Masyarakat menghapus mata uang Belanda sebagai alat tukar. Sembari menunggu dikeluarkannya mata uang Republik Indonesia, penguasa daerah masa itu menerbitkan Bon Kontan bernilai Rp 100 dan Rp 250 sebagai alat tukar. Uang itu dicetak pada 1949 di Balee Juang tersebut.
Ini merupakan peristiwa sejarah di gedung ini. Nyakni sejarah dicetaknya sebuah Bon Kontan yaitu mata uang Indonesia masa itu sebagai alat tukar, dan sampai sekarang masih di simpan koleksi Bon Kontan di museum ini.
Banyak Koleksi benda-benda bersejarah di mesium ini, mulai dari peralatan rumah tangga hingga benda-benda kerajaan seperti keramik kuno, piring saladon, guro saladon dan sebagainya. Dan juga koleksi senjata perjuangan, perhiasan serta alat-alat yang digunakan masyarakat Aceh untuk mencari rezeki seperti langai dan cree.
Banyak naskah kuno, Alquran kuno, peralatan rumah tangga atau kerajaan, bon kontan, beberapa senjata yang digunakan para pejuang kolonial pada masa itu. Koleksi-koleksi ini ada yang kita beli, ada juga hibah dari kolektor.
Foto: Wikipedia, ATV