Tahura Lae Kombih, Benteng Terakhir Konservasi Pohon Kapur

Tahura Lae Kombih, Subulussalam. (Foto: Acehtourism.travel)
Tahura Lae Kombih, Subulussalam. (Foto: Acehtourism.travel)

Bagikan

Tahura Lae Kombih, Benteng Terakhir Konservasi Pohon Kapur

Bagikan

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

SUBULUSSALAM – Menikmati keindahan alam yang sejuk dan menyegarkan dikala liburan memang sangat menyenangkan pikiran serta tubuh. Apalagi hal itu dilakukan dengan keluarga atau bersama sahabat.

Salah satu tempat yang rekomended untuk menikmati wisata alam di Aceh yaitu di Taman Hutan Raya (Tahura) Lae Kombih, di Subulussalam. Lokasi ini terkenal dengan keindahan wisata alamnya. Destinasi wisata ini menawarkan banyak spot-spot yang menarik untuk dijelajahi.

Manfaat dari adanya Tahura ini adalah untuk menjaga ekosistem alam yang ada di suatu daerah. Selain memberikan manfaat, hadirnya Tahura ini bisa menjaga terjaminnya kelestarian hutan termasuk ekosistemnya di dalamnya. Tahura ini juga bisa menunjang berbagai kegiatan seperti edukasi, penelitian, sosial dan buaya, serta dijadikan tempat wisata.

Tahura Lae Kombih sendiri merupakan objek ekowisata yang berada di area hutan dan perbukitan, dengan luas sekitar 1.482 hektare. Di dalamnya terdapat berbagai objek menarik yang bisa ditelusuri.

Pohon kapur di Tahura Lae Kombih, Subulussalam. (Foto: Acehtourism.travel)

Di dalam hutan tropis ini bahkan banyak ditemukan jenis pohon hutan kayu yang sudah langka yaitu pohon kapur yang perlu dijaga kelestariannya, dan pada musim-musim tertentu, disini juga akan dijumpai tanaman bunga bangkai yaitu jenis Rafflesia Arnoldi dan berbagai hewan langka seperti burung rangkong.

Jauh sebelumnya, Tahura Lae Kombih memiliki sejarah yang mentereng terkait fauna dan flora yang ada di dalamnya. Dulunya Tahura ini disebut sebagai hutan kapur Kedabuhan Plasma Nutfah Kapur Singkel (Drybalanops aromatic gaertn).

Kapur Singkel ini merupakan hasil produksi pohon kapur yang pernah berjaya di masanya, yang digunakan sebagai bahan pengawet mayat oleh orang Mesir kuno. Tanaman ini diyakini masih ada di Tahura Lae Kombih dan terancam diambang kepunahan.

“Kapur Singkel merupakan tanaman yang sudah langka dan berada diambang kepunahan di Kawasan Singkil dan Subulussalam. Tahura Lae Kombih ini jadi  benteng terakhir konservasi tanaman ini,” kata Kepala Bidang Pariwisata Disporapar Kota Subulussalam, Zulkarnain.

Pohon Kapur di Tahura Lae Kombih, Subulussalam. (Foto: Acehtourism.travel)

Selain memiliki beragam jenis tanaman langka, potensi ekowisata dataran tinggi dan wisata berkelanjutan di Tahura Lae Kombih juga patut diperhitungkan. Taman hutan ini memilki kriteria konservasi, edukasi, dan sustainability dengan berbagai komponen di dalamnya yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.

Lokasi ekowisata ini juga terbilang unik. Tempatnya terbelah oleh jalan lintas nasional dan berbatasan langsung dengan Sumatera Utara. Jika melaju dari arah Banda Aceh, lokasi Tahura ini terletak di sebelah kiri jalan atau 7 kilometer dari pusat Kota Subulussalam, Simpang Kiri. Lokasi ini ditandai dengan berdirinya bangunan yang dijadikan pos atau tempat parkir kendaraan di seberang jalan.

Air Terjun Kedabuhan II, di Tahura Lae Kombih, Subulussalam. (Foto: Acehtourism.travel)

Setelah tiba dilokasi, pengunjung tinggal naik ke atas bukit, lalu menemukan tanaman pohon kapur yang menjulang tinggi dan besar. Bahkan, jika naik ke atas lagi, akan ditemukan beragam tanaman dan hewan unik yang hidup di Tahura Lae Kombih.

Kemudian, di sebelah kanan, terdapat destinasi wisata Air Terjun Kedabuhan yang memiliki volume air yang cukup deras. Air terjun ini memiliki keindahan yang cukup mempesona. Tak jauh dari lokasi, pengunjung juga bisa menemukan air terjun yang tersembunyi di dalam hutan, yaitu Air Terjun Kedabuhan 2.

Air terjun ini dialiri air yang cukup deras sehingga tak heran, jika lokasi ini dijadikan sebagai arena rafting yang cukup menawan dan ekstrem. Jika hendak kelokasi ini, pengunjung disarankan untuk membawa bekal ‘tenaga’ yang cukup. Sebab, untuk menuju lokasi air terjun dan start rafting, harus melewati tangga yang menjulang ke bawah.

Namun tak perlu khawatir, di atas tangga juga disediakan besi pengaman untuk pegangan bagi pengunjung yang turun ke lokasi tersebut. Tentunya, pengunjung akan tetap dikawal oleh guide yang sudah bersedia di pos penjagaan untuk masuk ke lokasi ini.

“Tahura Lae Kombih bukan hanya menawarkan pesona alamnya saja, namun lokasi ini juga bisa dijadikan sebagai tempat sarana edukasi, karena kaya akan flora dan fauna yang hidup di dalamnya,” ujar Zulkarnain.

Lokasi rafting di Kedabuhan, Subulussalam. (Foto: Acehtourism.travel)

Tahura Lae kombih juga termasuk ke dalam nominasi Anugerah Pesona Indonesia (API) Awards 2022 pada kategori ekowisata. Masyarakat bisa langsung memberikan dukungan lewat SMS dengan cara ketik API 9H dan kirim ke 99386.

Kemudian masyarakat juga bisa memberikan dukungan suara atau vote Tahura Lae Kombih melalui akun Instagram @ayojalanjalanindonesia, Youtube APIaward dan Facebook @API Award.

Kemudian masyarakat juga bisa memberikan dukungan dengan cara like dan comment dukungan di video promosi Tahura Lae Kombih yang sudah diunggah di YouTube APIaward. Dukungan akan dihitung berdasarkan jumlah rata-rata view, like dan comment. []

Penulis: Dani Randi

Bagikan

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

Bagikan