PULAU Bangkaru, yang terletak di kawasan Kepulauan Banyak, Kabupaten Aceh Singkil, menjadi salah satu destinasi konservasi penyu paling penting di Aceh. Selain dikenal dengan keindahan alamnya, pulau ini juga berperan sebagai tempat perlindungan berbagai jenis penyu langka.
Pulau Bangkaru merupakan bagian dari Taman Wisata Alam Laut (TWA/L) yang dilindungi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Keputusan Menteri LHK. Kawasan ini memiliki luas mencapai 205.720 hektare dan menjadi satu-satunya wilayah konservasi penyu di Aceh.
Beberapa spesies penyu yang kerap ditemukan bertelur di kawasan ini antara lain penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu hijau (Chelonia mydas), dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata). Seluruhnya tergolong satwa yang dilindungi secara nasional dan internasional.
Pantai Amandangan, yang membentang sepanjang tiga kilometer, menjadi lokasi utama pendaratan dan peneluran penyu. Untuk melindungi telur-telur tersebut dari ancaman predator maupun perburuan liar, telur dipindahkan ke dalam kerambah khusus dan dibiakkan hingga menetas. Setelah berusia sekitar tiga bulan, tukik dilepas kembali ke laut.
Akses menuju area konservasi dibatasi. Pengunjung harus memperoleh izin khusus agar tidak mengganggu aktivitas konservasi yang berlangsung secara rutin.
Selain fungsi konservasinya, Bangkaru juga menawarkan daya tarik wisata alam, terutama bagi peselancar. Ombak tinggi yang kerap mencapai enam meter menjadikan pulau ini sebagai lokasi favorit bagi peselancar profesional, khususnya dari mancanegara.
Namun, akses menuju Bangkaru tergolong menantang. Wisatawan harus menempuh perjalanan laut dari Pelabuhan Pulo Sarok, Aceh Singkil, menuju Desa Haloban di Kecamatan Pulau Banyak Barat menggunakan kapal kayu selama lima jam. Dari Haloban, perjalanan dilanjutkan dengan speed boat menuju Pulau Bangkaru.
Transportasi laut menuju Haloban tidak tersedia setiap hari, melainkan hanya tiga hingga empat kali dalam seminggu, tergantung kondisi cuaca.
Sebagai kawasan konservasi, Pulau Bangkaru tidak dilengkapi fasilitas wisata modern. Pengunjung yang menginap harus menyesuaikan diri dengan fasilitas sederhana seperti rumah kayu, tanpa akses internet maupun sinyal telepon seluler.
Namun, kondisi tersebut justru menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin menikmati ketenangan alam. Suasana alami, laut yang jernih, serta keberadaan satwa liar membuat pengalaman menginap di Bangkaru berbeda dari destinasi wisata pada umumnya.
Pulau Bangkaru kini tidak hanya menjadi tempat penelitian dan perlindungan satwa, tetapi juga mulai dilirik sebagai destinasi ekowisata yang potensial. Tertarik ke Bangkaru? (ASG)