Berwisata di Goa Jepang

Goa Jepang merupakan peninggalan penjajahan Jepang di Aceh. Saat ini menjadi taman wisata yang banyak dikunjungi oleh warga dari berbagai daerah. Goa Jepang dibangun pada 1942 melalui kerja paksa saat penjajahan Jepang di Aceh. Tempat ini dijadikan lubang perlindungan dan pemantauan musuh.

Lubang menuju goa yang terbagi tujuh lorong, tiga diantaranya dulunya dibuat serdadu Jepang sebagai benteng pertahanan untuk memantau pihak musuh yang mengarah langsung ke laut lepas. Empat lorong lainnya yang terletak di belakang goa, dulunya berfungsi sebagai jalur darurat bagi tentara penjajahan Jepang melarikan diri.

Menurut informasi, goa ini disebut-sebut menjadi benteng terakhir Jepang sebelum Soekarno mendeklarasikan Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Saat ini, goa ini situs sejarah sekaligus menjadi sebuah lokasi objek wisata, yang masih sangat diminati warga untuk dikunjungi, terutama saat libur selain tempat wahana permainan lain yang ada di Lhokseumawe.

Goa Jepang terletak di atas perbukitan Desa Blang Panyang, Kecamatan Muara Satu, Kota Lhokseumawe dengan ketinggian mencapai 200 meter dari permukaan laut. Objek wisata ini menyajikan kesan klasik dengan nilai sejarah.

Untuk mendukung menjadi objek wisata, di sini juga dibangun sarana teras pandang untuk pengunjung yang ingin menikmati semilir angin dan panorama lautan luas dari atas bukit, fasilitas kamar mandi, toilet, tempat bersantai dan sarana pendukung lainnya yang desain arsitektur lanskapnya menyerupai sebuah taman tempat bersantai di atas bukit itu.

Di Objek wisata yang berlokasi di lahan seluas 20 hektare tersebut, kita dapat menikmati panorama alam, bersantai, berswafoto (selfie) seraya menikmati pemandangan laut Selat Malaka, areal perusahaan vital, wajah Lhokseumawe serta lalu lalang kendaraan dari jalan Medan-Banda Aceh, yang tak jauh dari kaki bukit.

Untuk memasuki ke dalam objek wisata ini, pengunjung cukup membayar tiket masuk Rp 5 ribu. Pengunjung di Goa Jepang datang berbagai kabupaten/kota di Aceh, seperti dari Aceh Utara, Bireuen, Aceh Tengah, Pidie, Aceh Barat, Langsa, dan warga yang singgah atau melintas di Lhokseumawe.

 

Foto: ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/Rei/ama/15.

Kategori :

Lhokseumawe, Sejarah & Heritage, Situs Sejarah & Tsunami

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *