MASJID GUCI RUMPONG atau Masjid Tgk Chik di Pasie, merupakan sebuah masjid tua yang dibangun pada masa Kerajaaan Sultan Iskandar Muda dan sampai sekarang masih berdiri kokoh di sudut Gampong Mesjid, Kemukiman Guci Rumpong, Kecamatan Peukan Baro, Pidie.
Masjid berkonstruksi kayu yang berukuran 12 x 12 meter tersebut masih berdiri kokoh meski Tgk Chik di Pasi diperkirakan hidup pada abad ke-17 masehi. Terdapat beberapa makam dengan nisan tua yang merupakan makam ulama-ulama dan pembesar kerajaan tempo dulu.
Bahkan, ada beberapa jejak sejarah yang ditinggalkan di masjid ini, yang sampai kini tetap dilestarikan termasuk tongkat masjid. Sebuah tongkat yang digunakan khatib di mimbar.
Selain itu, juga terdapat purieh (bambu) yang sudah mulai lapuk dimakan usia. Bambu tersebut dulunya digunakan muazin untuk naik ke atas saat sang muazin hendak mengumandangkan azan.
Uniknya lagi, di sisi masjid itu terdapat dua guci dan Alquran ditulis dengan tangan (serumbeek). Ada juga tempat khalud (suluk) di rumah Tgk Chik di Pasi yang masih terawat sampai sekarang.
Menurut sejarahnya, masjid itu dibangun oleh Tgk Syeh Abdussalam bin Syech Burhanuddin, ulama Aceh masa Sultan Iskandar Muda. Ia merupakan aulia ternama yang lebih dikenal dengan Tgk Chik Di Pasie, yang makamnya terletak di Pasi Lhok Kembang Tanjung.
Penamaan Masjid Guci Rumpong sendiri terbilang unik. Karena terdapat dua buah guci yang terdapat di Masjid Guci Rumpong, kenapa dinamakan guci rumpong? Alkisah menurut sejarah mulut ke mulut, kedua guci itu mengalami pecah (rumpong).
Hal itu terjadi karena kedua guci pernah saling berbenturan, sehingga pecah mulutnya. Sebab itulah dinamakan guci rumpong. Guci itu tempat menyimpan air dari sumur sejak ratusan tahun lalu.
Jika habis, airnya ditambah lagi ke dalam guci. Sampai sekarang air dalam guci digunakan untuk membasuh muka, dan bila ada hajat memandikan seseorang, atau sebagai penyembuh orang sakit yaitu dengan cara meminum air dari guci tersebut.
Kisah tersebut diungkapkan oleh Yusuf Ben Ishak, salah satu warga setempat. Menurutnya, keberadaan dua guci di masjid tersebut adalah hal yang mengesankan. Kemudian masih ada lembaran alquran tulisan tangan, dan tongkat kayu.
Guci rumpong selalu penuh dengan air. Kata Yusuf lagi, warga percaya air dalam guci rumpong itu berkhasiat untuk menyembuhkan pelbagai penyakit, bahkan banyak juga warga yang melepas nazar di masjid tersebut “Biasanya hari Senin dan Kamis banyak orang yang melepas nazar ke masjid ini,” kata Yusuf.
Yusuf berkisah, dua guci rumpong peninggalan Tgk Chik di Pasi itu pernah saling menabrakkan diri “sehingga, mulut guci tersebut dinamakan rumpong atau pecah. Oleh karena itu dinamakanlah Masjid Guci Rumpong”.
Hal serupa juga disampaikan oleh Said Samsul Bahri, salah satu pengurus Masjid Guci Rumpong menceritakan bahwa, air dalam guci dipercaya oleh warga miliki khasiat bisa menyembuhkan. Meski kemarau, keberadaan sumur didekat masjid tak pernah kering. Jadi, selalu ada air yang dapat diisi kedalam dua guci itu.
Masjid Guci Rumpong telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dengan nomor SK PM.90/PW.007/MKP/2011 pada tanggal 17 Oktober 2011 dengan status peringkat nasional. (acehbisnis)
