Menelusuri Jejak Syekh Hamzah Fansuri di Subulussalam

DI PROVINSI Aceh, tepatnya di Kota Subulussalam, terletak sebuah destinasi wisata religi yang penuh makna dan spiritualitas: Makam Syekh Hamzah Fansuri. Nama besar Syekh Hamzah Fansuri tidak hanya terkenal di Nusantara, tetapi juga telah mendunia.

Bagi para peziarah, tempat ini menjadi tujuan utama untuk merenungi kembali ajaran Islam yang disebarkannya dan jejak kebudayaan Melayu yang telah ia tinggalkan.

Syekh Hamzah Fansuri bukan hanya seorang ulama, tetapi juga pujangga besar yang hidup pada pertengahan abad ke-16 hingga awal abad ke-17. Ajaran-ajaran tasawufnya diungkapkan melalui syair-syair yang mendalam dan penuh makna, seperti Syair Perahu yang terkenal. Ia berhasil menggabungkan nilai-nilai keislaman dengan kearifan lokal, sehingga karyanya mampu melintasi zaman dan batas geografis.

Pada 13 Agustus 2013, pemerintah Indonesia memberikan penghargaan Bintang Budaya Parama Dharma kepada Syekh Hamzah Fansuri, sebagai pengakuan atas kontribusinya dalam memperkaya kebudayaan bangsa. Penghargaan ini semakin menegaskan statusnya sebagai “Pujangga Melayu Terbesar Abad ke-17.”

Kehidupan pribadi Syekh Hamzah Fansuri masih menyimpan banyak misteri. Tidak ada catatan pasti tentang silsilah keluarganya atau tanggal kelahirannya.

Para sejarawan memperkirakan ia hidup pada masa pemerintahan Sultan Alaiddin Riayat Syah IV Saiyidil Mukammil (997-1011 H/1589-1604 M). Namun, meskipun sejarah kehidupannya belum sepenuhnya terungkap, pengaruhnya terhadap perkembangan kebudayaan Islam dan Melayu begitu kuat terasa hingga saat ini.

Makam Syekh Hamzah Fansuri terletak di Kampong Oboh, Kecamatan Rundeng, sekitar 25 kilometer dari pusat Kota Subulussalam. Perjalanan ke makam ini bisa ditempuh melalui jalur darat dengan pemandangan alam yang asri dan menenangkan. Begitu sampai di lokasi, pengunjung akan disambut oleh suasana tenang dan religius yang langsung mengundang refleksi mendalam.

Kompleks makam ini dihiasi oleh kelambu berwarna kuning, sebuah tanda penghormatan dalam tradisi lokal. Di dalam ruang makam terdapat tiga batu nisan yang diyakini sebagai tempat peristirahatan terakhir Syekh Hamzah Fansuri, istri, dan anaknya. Sementara di luar, terdapat makam mertua serta para sahabat dan murid-muridnya. Kompleks ini telah direnovasi dan kini menyerupai bangunan masjid kecil yang memberikan kesan suci dan damai.

Bagi banyak peziarah, kunjungan ke makam ini bukan sekadar perjalanan ziarah biasa. Banyak di antara mereka yang datang untuk memenuhi nazar atau janji yang telah mereka buat sebelumnya. Setiap hari, makam ini ramai dikunjungi oleh masyarakat lokal maupun dari luar daerah. Tidak hanya itu, wisatawan mancanegara pun banyak yang tertarik datang ke sini untuk mengenal lebih jauh sejarah Islam di Nusantara.

Kesederhanaan makam dan nuansa spiritual yang terpancar menjadikan tempat ini sangat istimewa. Para pengunjung tidak hanya datang untuk berdoa, tetapi juga merenungi ajaran tasawuf yang diajarkan oleh Syekh Hamzah Fansuri, yang menekankan pentingnya hubungan langsung antara manusia dan Tuhan.

Selain sebagai tujuan wisata religi, Makam Syekh Hamzah Fansuri juga menjadi simbol kebudayaan Melayu yang kaya. Karya-karya sastra yang ditinggalkannya masih menjadi referensi utama dalam kajian sastra tasawuf di Nusantara. Para peneliti dan pecinta budaya Melayu sering menjadikan tempat ini sebagai rujukan untuk memahami lebih dalam kontribusi Syekh Hamzah Fansuri terhadap perkembangan kebudayaan dan kesusastraan Melayu-Indonesia.

Sebuah Perjalanan yang Tak Terlupakan

Mengunjungi Makam Syekh Hamzah Fansuri bukan hanya sekadar perjalanan fisik menuju situs sejarah, tetapi juga sebuah perjalanan batin yang sarat makna. Setiap sudut tempat ini memancarkan kedamaian yang mengajak pengunjung untuk merenung dan bersyukur. Dengan pesona spiritual dan kekayaan budayanya, makam ini layak menjadi salah satu destinasi wisata religi utama di Aceh.

Bagi Anda yang mencari ketenangan jiwa sekaligus ingin memperdalam pengetahuan tentang sejarah Islam di Indonesia, Makam Syekh Hamzah Fansuri adalah tempat yang harus dikunjungi. Sejarah, budaya, dan spiritualitas berpadu dalam satu tempat, memberikan pengalaman wisata yang mendalam dan tak terlupakan. (ASG)

Kategori :

Subulussalam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *